Restorasi Ekosistem Riau Pertahankan Perlindungan Keragaman Hayati dan Kemajuan Penelitian pada 2020
- Tim lapangan mencatat tambahan 26 jenis tumbuhan dan satwa sepanjang tahun, meningkatkan jumlah total spesies tercatat menjadi 823 spesies
- Kemajuan penting yang dicapai antara lain termasuk mendukung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mengembalikan Harimau Sumatra yang telah direhabilitasi ke alam liar
Peningkatan jumlah spesies tumbuhan dan satwa tercatat, penelitian tentang keanekaragaman hayati di daerah tersebut, dan dukungan terhadap upaya pelepasliaran Harimau Sumatra yang telah direhabilitasi adalah beberapa kemajuan penting, yang tercakup dalam Laporan Kemajuan Restorasi Ekosistem Riau (RER) 2020 terbaru.
Program RER berpusat pada perlindungan hutan gambut tropis yang rentan seluas 150.693 hektare – kurang lebih seluas kota London – di pantai timur Sumatra, yang terletak di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang. Program yang dimulai pada 2013, merupakan salah satu upaya restorasi ekosistem terbesar di Asia Tenggara yang didukung oleh sektor swasta.
Kemajuan pada 2020 tetap dicapai meskipun keseluruhan operasi terdampak oleh pandemi. Bey Soo Khiang, Ketua Dewan Penasihat Restorasi Ekosistem Riau (RER), dalam pengantar laporannya mengatakan, “Semua orang memahami bahwa 2020 adalah salah satu tahun tersulit yang pernah dihadapi. Hal ini tidak berbeda dengan Restorasi Ekosistem Riau (RER), dimana pandemi Covid-19 menguji keteguhan dan ketangguhan kita.”
“Sementara beberapa program atau prakarsa terganggu atau tertunda sepanjang tahun, saya dengan bangga melaporkan bahwa terlepas dari tantangan akibat pembatasan perjalanan dan jarak sosial, tim kami mempertahankan fokus dan kesejahteraan mereka dan mencapai kemajuan luar biasa,” tambahnya.
Tambahan 26 jenis tumbuhan dan satwa lain yang tercatat
Sebanyak 823 jenis tumbuhan dan satwa tercatat di kawasan RER per 31 Desember 2020, meningkat dari 797 spesies jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Angka itu termasuk 76 jenis mamalia, 308 burung, 101 herpetofauna, dan 192 tumbuhan. Banyak diantaranya yang menjadi perhatian konservasi, dengan 66 spesies masuk dalam Daftar Merah IUCN sebagai rentan (39), terancam punah (17) atau kritis (10).
57 spesies Odonata, ordo serangga terbang yang mencakup capung dan capung jarum tercatat pada survei pertama dari total empat survei yang direncanakan. Dari jumlah tersebut, sembilan spesies tercatat pertama kali di Riau, empat pertama kali tercatat di Sumatra, dan satu spesies Amphicnemis bebar, tercatat untuk pertama kali di Indonesia.
Pelepasliaran Harimau Sumatra
Tim RER juga ikut dalam upaya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mengembalikan Harimau Sumatra bernama Corina ke alam liar. Satwa langka itu ditemukan di awal 2020 terjerat di perkebunan masyarakat di Semenanjung Kampar. Kawasan restorasi RER terpiih menjadi tempat pelepasliaran Corina setelah melalui serangkaian kajian dengan mempertimbangkan keadaan alam hutan, keberadaan jenis mangsa dan upaya perlindungan aktif, serta kemungkinan interaksi dengan manusia yang relatif rendah.
Selesainya Pembangunan Eco-Research Camp
Setelah empat tahun perencanaan dan pembangunan, APRIL Eco-Research Camp, atau Eco-Camp akhirnya selesai dibangun pada 2020. Eco-Camp menjadi pusat operasi dan kantor lapangan untuk program RER. Selain juga akan berfungsi sebagai pusat penelitian lahan gambut bagi para mahasiswa, peneliti dan perwakilan perusahaan serta pemangku kepentingan lainnya untuk meneliti cara-cara potensial dalam mengelola sumber daya lahan gambut tropis Indonesia secara bertanggung jawab.
Penelitian dan Pemantauan Keanekaragaman Hayati yang Terus Berlanjut
Penelitian yang dilakukan di tahun 2020 mencakup pemantauan migrasi burung pemangsa, yang jumlahnya tercatat mencapai 302 burung, serta Sensus Burung Air Asia (Asian Waterbird Census, AWC) yang memantau 440 burung dari delapan spesies dalam sehari. Sebuah Occupancy Survey mengenai Harimau Sumatra di Semenanjung Kampar juga diselesaikan pada bulan Maret 2020. Survei ini adalah bagian dari Sumatra Wide Tiger Survey (SWTS).
Penelitian mengenai Efek Tepian juga dilanjutkan pada tahun ini. Kajian ini bertujuan untuk memahami kekayaan jenis mamalia dan burung di area tepian atau perbatasan antara hutan rawa gambut RER dan hutan tanaman industri akasia di dekatnya.
Baca lebih lanjut mengenai 2020 RER Progress Report.