Prakarsa dan Kemitraan Baru untuk Mendorong Pencapaian APRIL2030
Grup APRIL mengumumkan serangkaian prakarsa dan kemitraan baru untuk mendorong pencapaian visi APRIL2030 agar memberikan dampak positif pada iklim, alam, dan masyarakat selagi tetap tumbuh sebagai perusahaan penghasil serat dan produk berbasis bubur kertas berkelanjutan pada 2030.
Diluncurkan di Jakarta pada bulan November lalu, APRIL2030 terdiri atas empat komitmen dan 18 target terukur berbasis sains seputar lingkungan, masyarakat, dan sosial-ekonomi, selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB. APRIL2030 bertujuan untuk mendorong kemajuan inklusif untuk memajukan pembangunan ekonomi Indonesia, melalui prakarsa transformatif terkait penghidupan, pendidikan, fasilitas kesehatan, dan pemberdayaan perempuan.
Perusahaan juga menyampaikan lima prakarsa dan kemitraan baru yang secara langsung mendorong tercapainya APRIL2030.
- Memperluas Komitmen Pada Konservasi dan Restorasi Hutan: Ditengah upaya untuk memenuhi janji untuk setiap hektar hutan tanaman industri (1-for-1), kami juga akan mendukung inisiatif konservasi dan restorasi melalui kemitraan dan kolaborasi. Perusahaan juga akan menyiapkan pendanaan dari setiap ton serat yang digunakan dalam produksi hingga $10 juta per tahun untuk investasi di bidang lingkungan.
- Mendukung Perlindungan Satwa Liar: Terkait dengan target untuk melindungi hutan dan perolehan keragaman hayati, kami akan mendukung perlindungan dan pelestarian satwa liar di Indonesia, termasuk jenis yang terancam punah, melalui kemitraan dan kerjasama. Saat ini, kami dalam tahap diskusi akhir dengan Wildlife Conservation Society. Upaya itu memperkuat kerjasama dengan Fauna & Flora International yang telah lama berlangsung.
- Pusat Penelitian Lahan Gambut Tropis: Proyek Restorasi Ekosistem Riau (RER) terus menunjukan kemajuan dan secara sukses melindungi 150.693 ha hutan lahan gambut yang menjadi rumah bagi lebih dari 700 spesies dan menyimpan setidaknya 688 juta ton karbon. Kami telah merampungkan pembangunan Eco-Research Camp di Semenanjung Kampar sebagai pusat penelitian lahan gambut tropis bagi ilmuwan dan akademisi nasional dan internasional, dan juga bagi pemangku kepentingan, yang ingin merasakan pengalaman langsung bagaimana restorasi ekosistem terjadi di lapangan.
- Panel surya 20MW pada 2025: Untuk segera memulai peralihan ke sumber energi terbarukan sekaligus bagian dari komitmen untuk mengurangi emisi karbon, kami akan memasang panel surya berkapasitas 20MW di pabrik dan operasi serat kami mulai tahun 2021. Instalasi pemasangan ini akan rampung pada tahun 2025 dan akan menjadi salah satu instalasi panel surya oleh sektor swasta terbesar di Indonesia
- Mengikuti Science-Based Target Initiative (SBTi): Kami bergabung dengan Prakarsa Sasaran Berbasis Ilmu Pengetahuan (SBTi) untuk belajar dan berkontribusi pada jejaring ini, khususnya dalam hal pemanfaatan lahan. Kami meyakini bahwa penetapan sasaran di bidang lingkungan yang berbasis sains merupakan satu-satunya cara agar kita dapat melangkah maju dan menjadi yang terdepan dalam konservasi hutan di Indonesia.
Dalam sambutannya di acara peluncuran APRIL2030, Anderson Tanoto, Direktur RGE, mengatakan, “Investasi bersinambung di iklim, alam, dan pembangunan berkelanjutan akan menjadi semakin mendesak jika ekonomi global ingin pulih secara cepat dari dampak COVID-19. Walaupun keadaan saat ini sangat menantang, namun juga memberikan peluang bagi bisnis agar dapat berani mengubah masa depan menjadi lebih baik.”
“Kami bertekad memastikan bahwa dasawarsa mendatang dipenuhi aksi dan transformasi lebih lanjut bagi perusahaan seraya ikut berperan dalam upaya mencapai ekonomi karbon lebih rendah dan membawa dampak positif pada iklim, alam, dan manusia,” katanya.
Sejumlah tamu kehormatan hadir dalam peluncuran yang digelar di SDG Academy tersebut termasuk Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang memberikan kata sambutannya di acara peluncuran itu serta diskusi panel dengan Bambang Hendroyono, Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia; Erna Witoelar, yang mewakili Komite Penasihat Pemangku Kepentingan APRIL; dan Erik Solheim, mantan Direktur Eksekutif Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa serta mantan Menteri Pembangunan dan Lingkungan Norwegia sebagai panelis. Diskusi tersebut ditayangkan secara langsung untuk karyawan di Indonesia dan pemangku kepentingan di seluruh dunia.
Untuk keterangan lebih lanjut mengenai APRIL2030, kunjungi laman kami di sini.