Anggota Fire Free Alliance Menegaskan Kembali Komitmen terhadap Program Pencegahan Kebakaran Berbasis Masyarakat dan Berbagi Praktik Terbaik
Anggota Aliansi Bebas Api atau Fire Free Alliance (FFA) menyelenggarakan diskusi yang membahas komitmen dan persiapan mereka dalam mengantisipasi musim kemarau 2020 di Indonesia. Pertemuan yang diadakan pada 17 Juni lalu juga membahas prediksi iklim untuk musim kemarau yang akan datang serta update mengenai inisiatif yang dilakukan oleh masing-masing anggota FFA.
Didirikan pada tahun 2016, FFA adalah aliansi yang terdiri dari gabungan multistakehodler termasuk perusahaan kehutanan, pertanian serta organisasi masyarakat sipil secara sukarela.FFA didirikan untuk membantu mengatasi masalah kebakaran dan kabut asap di Indonesia dengan mendorong kerjasama berkelanjutan antara sektor swasta, masyarakat lokal, dan pemerintah. Seiring berjalannya waktu, fokus FFA bergeser ke berbagai solusi yang memberdayakan masyarakat sehingga mereka memiliki tanggung jawab atas proses perubahan yang mengarah ke perubahan perilaku dalam jangka panjang. Anggota FFA saat ini termasuk Wilmar, Musim Mas, Asian Agri, IOI, Sime Darby, PM Haze, IDH, dan APRIL.
Peter Moore, Forest Officer dan Fire Management Specialist di United Nations Food and Agriculture Organization (FAO PBB), memulai pertemuan dengan menyampaikan penilaian tentang dampak pandemi COVID-19 terhadap kegiatan pengelolaan kebakaran, termasuk mengambil tindakan tambahan, seperti, mensterilkan perlengkapan, mengoptimalkan penggunaan teknologi jarak jauh, dan menyediakan fasilitas cuci tangan dan sanitasi memadai.
Langkah lainnya yaitu kewajiban untuk melakukan penilaian risiko COVID-19 setiap hari bagi para petugas pemadam kebakaran yang sedang bertugas yang diikuti oleh pemeriksaan kesehatan. Moore juga menyoroti perlunya memprioritaskan sumber daya pemadam lokal dan menggunakan taktik agresif untuk memadamkan kebakaran hutan dengan cepat, yang dapat meminimalisir kebutuhan anggota pemadam kebakaran dalam jumlah besar untuk jangka waktu yang lama.
Dalam pertemuan itu, anggota FFA juga menguraikan upaya mereka untuk mendukung masyarakat setempat. Upaya tersebut meliputi program untuk memberikan bantuan hukum bagi penduduk desa mengenai status kepemilikan tanah, upaya restorasi dan pembangunan masyarakat di Riau, serta penilaian berkelanjutan atas dampak sosial dan risiko kebakaran.
Sementara itu, APRIL menyampaikan perkembangan terkait program Fire Free Village (FFVP) yang saat ini mencakup wilayah seluas 753.604 hektare– atau hampir 10 kali luas wilayahSingapura- melalui kerja sama dengan hampir 80 desa. Bekerja sama dengan LSM lokal, pihak berwajib lokal dan nasional, serta polisi, militer, dan Badan Penanggulangan Bencana, FFVP telah secara signifikan mengurangi kebakaran di wilayah desa yang berpartisipasi sejak didirikan pada 2015. Para anggota membahas pengalaman mereka dan menawarkan untuk berbagi materi panduan teknis dan operasional dengan anggota FFA lainnya.
Craig Tribolet, Ketua Fire Free Alliance, menutup lokakarya tersebut dengan mengatakan, “Walaupun terdapat indikasi bahwa cuaca pada 2020 kemungkinan tidak seekstrim cuaca yang kita alami pada tahun lalu dan 2015, kita harus terus mengkoordinasikan kegiatan dan berbagi praktik terbaik di antara mitra FFA.”
“Fokus kami adalah mendorong kerja sama antar seluruh aktor di bidang ini. Berbagai inisiatif berdasarkan model FFVP menunjukkan bahwa masyarakat dan perusahaan dapat bekerja samadalam mengembangkan program pencegahan kebakaran yang berhasil.”
Perusahaan atau organisasi yang membutuhkan informasi lebih lanjut, termasuk informasi terbaru mengenai cara bergabung dengan FFA, dapat menghubungi Mr. Craig Tribolet di craig_tribolet@aprilasia.com