Kehadiran RER di Tahun Kelima Memastikan Lingkungan Bebas Api dan Mendukung Masyarakat
Menyambut Deklarasi Dekade Restorasi Ekosistem PBB
Deklarasi Dekade Restorasi Ekosistem PBB yang akan dimulai tahun 2021, untuk memulihkan 350 juta hektar lahan yang terdegradasi hingga tahun 2030 memberikan sinyal kuat bahwa restorasi ekosistem tidak hanya penting untuk mengurangi emisi gas rumah kaca secara global. Restorasi ekosistem juga memiliki peran penting sebagai agen untuk pembangunan yang berkelanjutan.
Dalam kata pengantar laporan perkembangan Restorasi Ekosistem Riau (RER) yang baru saja dipublikasikan, Ketua Dewan Penasihat RER yang juga Ketua Dewan RGE, Bey Soo Khiang, menandai lima tahun perjalanan RER dengan mengapresiasi meningkatnya pengakuan dunia yang melihat restorasi ekosistem sebagai strategi mitigasi dampak perubahan iklim serta perlindungan keanekaragaman hayati.
Pendapat ini ditegaskan melalui laporan perkembangan RER tahun 2018, yang menyoroti perkembangan perlindungan keanekaragam hayati serta peran masyarakat setempat di kawasan yang hingaa saat ini bebas dari kebakaran.
Dimulai tahun 2013 oleh APRIL, RER merupakan proyek kolaborasi antara sektor swasta dan non-swasta dengan tujuan memulihkan serta melestarikan keanekaragaman hayati serta menjaga stok karbon di hutan gambut seluas 150 ribu hektar yang terletak di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang, Provinsi Riau. RER yang memiliki luas setara kota London, juga merupakan salah satu hamparan tersisa dari hutan gambut tropis Sundaic dataran rendah yang terbesar di Sumatera.
Perlindungan Keanekaragaman Hayati
Laporan kemajuan RER tahun 2018 menginformasikan bahwa RER berhasil mengidentifikasi 42 jenis tanaman dan satwa sehingga meningkatkan jumlah keanekaragaman hayati yang tercatat dari 717 di tahun 2017 menjadi 759 spesies di tahun 2018. Penambahan data ini meliputi 36 jenis tanaman, satu mamalia dan lima jenis burung. Selanjutnnya, setidaknya 6.700 pohon telah ditanam sepanjang tahun 2018 sebagai upaya untuk memulihkan 58 hektar hutan yang terdegradasi.
Selain itu, berdasarkan panduan pemantauan dan kajian terkait kegiatan pengelolaan dan konservasi Birldlife International, jumlah jenis burung di Semenanjung Kampar yang berhasil diidentifikasi juga meningkat menjadi 304 spesies setelah sebelumnya hanya sekitar 128 spesies.
Pencapaian lainnya di tahun 2018 adalah dipublikasikannya laporan Mammals of the Kampar Peninsula: An Annotated Checklist, yang memuat.daftar keberadaan 73 mamalia di Semenanjung Kampar termasuk 17 spesies yang status populasinya terancam punah. Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan Sunda Pangolin (Manis javanica) adalah dua spesies yang berstatus terancam punah dalam daftar IUCN Red List of Threatened Species yang juga tercatat dalam daftar mamalia di Semananjung Kampar ini.
Laporan kemajuan RER juga memuat kerjasama RER dengan lembaga konservasi lokal dan Badan Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Riau dalam mengamankan perburuan burung jenis burung madu (sunbirds) yang terjadi musiman untuk diikutkan dalam kompetisi burung berkicau. Jika tidak dikendalikan dan dihentikan, prakltik ini bisa mengancam kelangsungan populasi lokal jenis burung tersebut.
Bebas Kebakaran
Tahun 2018 merupakan tahun bebas api bagi RER. Selama empat tahun berturut-turut, tidak ada titik api ataupun kebakaran yang terjadi di dalam kawasan hutan RER. Pencapaian ini tak lepas dari pelibatan masyarakat sekitar untuk menerapkan berbagai program pencegahan kebakaran, patroli harian di hutan untuk memastikan mereka yang memanfaatkan hutan dan kelompok nelayan di sungai tidak menggunakan api saat membuka lahan.
Kemajuan lain yang patut dicatat adalah restorasi hidrologi, dimana 30 dam telah dibangun di tahun 2018 untuk menutup 13 kanal yang membentang sepanjang 38,1 kilometer. Hingga saat ini, RER telah berhasil mencapai 38 persen dari target 10 tahunnya, dengan telah menutup 21 kanal sepanjang 65,4 kilometer dengan 53 dam.
Masyarakat dan Kemitraan
Laporan perkembangan RER tahun ini juga menyoroti kemitraan RER dengan masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan RER. Sepanjang tahun 2018, RER memfasilitasi delapan kelompok masyarakat dengan luas lahan sekitar 16 hektar untuk memelihara lahan pertanian tanpa bakar. Di Pulau Padang, RER bersama masyarakat melakukan uji coba budidaya ikan lele. Program uji coba ini telah berhasil mencapai panen pertama. pada bulan September 2018 dan memberikan pendapatan tambahan bagi masyarakat dengan nilai mencapai setara 7.350 dollar AS.
Seluruh pencapaian RER di tahun 2018 tidak akan berhasil tanpa peran serta para mitra RER, diantaranya Fauna & Flora International, LSM Bidara dan Laskar Alam. Menanggapi keterlibatan dan peran pihak-pihak tersebut, Bey menyatakan, “Dalam lima tahun terakhir, kami telah mencapai kemajuan yang signifikan dan bersama-sama berhasil membangun wawasan dan pengetahuan mengenai restorasi ekosistem. Menyambut program Dekade Restorasi Ekosistem PBB, wawasan dan pengetahuan ini akan memberikan kami ruang serta kesempatan untuk berbagi pengalaman dan memberikan kontribusi lebih untuk program global yang sangat penting”.