Program Desa Bebas Api Mulai Lebih Awal untuk Mendorong Kewaspadaan di Riau
Tim Program Desa Bebas Api (Fire Free Village Programme/FFVP) Grup APRIL tengah giat mengunjungi desa-desa di Provinsi Riau untuk menumbuhkan kepedulian atas pentingnya upaya pencegahan kebakaran dalam rangka menghadapi musim kemarau tahun 2017. Upaya ini selaras dengan arahan Presiden Jokowi untuk meningkatkan kewaspadaan akan hal tersebut.
Pada bulan Januari, Presiden Jokowi menginstruksikan pemerintah-pemerintah daerah untuk memberlakukan status siaga lebih awal pada daerah-daerah rawan kebakaran, termasuk Riau, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Papua. Provinsi Riau sendiri telah memberlakukan Kondisi Siaga Kebakaran pada 24 Januari.
Pada tahun 2017, FFVP akan langsung bekerja dengan 27 desa di Riau, mencakup dari 700,000 hektar lahan perkebunan masyarakat, hampir 10 kali lipat dari luas wilayah Singapura dan meningkat dari 592.080 hektar dibandingkan program tahun sebelumnya.
Tahun ini, program FFVP mencakup 18 Desa Bebas Api (FFV) dan sembilan kelompok Masyarakat Tangguh (FRC).
Pada akhir Januari, Tim APRIL bekerja secara intens dengan pemerintah setempat, kepolisian, militer, dan pemimpin kru di desa-desa, mengunjungi sejumlah desa untuk menyebarkan pesan dan himbauan pencegahan kebakaran, serta mempersiapkan diri mereka untuk menyambut musim kemarau yang akan datang.
FFVP terdiri dari tiga komponen terpisah:
- Masyarakat Sadar Api (Fire Awareness Communities/FAC) – sebuah fase pengenalan mengenai pencegahan kebakaran dan kesadaran akan bahaya kebakaran menargetkan sekolah menegah pertama di 50 desa pada tahun 2016. Upaya ini akan menjangkau 50 desa lainnya di tahun 2017.
- Desa Bebas Api (Fire Free Village/FFV) – program komprehensif mengenai pencegahan kebakaran yang secara langsung bekerja sama dengan desa-desa terpilih selama lebih dua tahun.
- Masyarakat Tangguh (Fire Resilient Communities/FRC) – keterlibatan secara berkelanjutan dengan masyarakat yang telah berhasil melaksanakan FFV.
Sembilan desa baru – seluruhnya berlokasi di Pulau Padang – telah diumumkan sebagai bagian dari FFVP tahun ini, dan bergabung dengan sembilan desa lainnya yang telah melewati musim kemarau pertamanya pada tahun lalu sebagai peserta program.
Program FFVP pada tahun ini diharapkan agar meneruskan kesuksesan pada tahun 2016 yang – berdasarkan ulasan independen Carbon Conservation – menunjukkan sebuah perkembangan secara keseluruhan yang signifikan dibandingkan FFVP pada tahun pertama.
Laporan tersebut mencatat bahwa pada tahun 2016 luas area yang rusak akibat kebakaran mencapai 390.6 hektar, atau kurang dari 0.06% dari total luas area yang tercakup dalam program ini, yaitu 592,080 hektar. Dari jumlah tersebut, 344.9 hektar di antaranya terjadi di satu desa, dibandingkan dengan hasil positif dari 18 desa lainnya. Pada tahun 2015, hanya 0.01% dari 427.876 hektar total area yang tercakup dalam FFVP didapati terjadi insiden kebakaran.
Sejumlah 14 desa – dari 18 desa yang terlibat dalam FFVP pada tahun 2016 telah menerima penghargaan sebagai apresiasi atas upaya-upaya dan keberhasilan mereka dalam mencegah kebakaran di tahun lalu. Hanya empat desa yang tidak berhasil mendapatkan penghargaan secara penuh ataupun sebagian.
“Secara keseluruhan, kami sangat senang dengan pencapaian di tahun 2016, mengingat cakupan FFVP yang menjadi lebih luas untuk dipantau,” ujar Craig Tribolet, Manajer Strategic Fire & Protection APRIL. “Terima kasih atas dukungan dari pihak kepolisian dan pemerintah serta komitmen masyarakat, kepala desa, pemimpin kru kebakaran, dan tentunya, tim FFVP, kami melihat progres yang terus berlanjut menuju masa depan yang bebas api.”
Meskipun demikian, ia memperingatkan untuk tidak terlena dalam kesuksesan dalam menghadapi tahun 2017. “Ancaman kebakaran dapat terjadi di mana saja, sebagaimana Presiden Jokowi telah tekankan, kewaspadaan perlu dilakukan di tingkat paling tinggi,” ungkap Pak Tribolet, serta menambahkan bahwa tim FFVP menjadi bersemangat dengan bergabungnya sejumlah desa baru di program ini pada tahun 2017 – serta komitmen yang terus berlanjut dari desa-desa yang memasuki tahun keduanya di FFVP.
“Terlihat adanya peningkatan tingkat penerimaan masyarakat bahwa pergeseran pola pikir merupakan hal yang diperlukan – baik dalam konteks cara pandang maupun praktik – dan bahwa pencegahan kebakaran akan memiliki keuntungan jangka panjang dan lebih luas bagi masyarakat setempat,” sebutnya.
Desa-desa yang menunjukkan hasil positif pada tahun 2016 telah merencanakan penggunaan penghargaan mereka dalam bentuk proyek-proyek infrastruktur masyarakat, mulai dari pembangunan gorong-gorong di pinggir jalan hingga wisma serbaguna. .
Pak Tribolet mengatakan: “Penghargaan dan program-program lainnya telah berfungsi sebagai sebuah insentif yang membantu merangkul desa-desa FFVP dan itu merupakan hal yang sangat baik. Namun merupakan hal yang menarik untuk melihat bagaimana desa-desa yang telah sukses melaksanakan FFVP melanjutkan upayanya sebagai “masyarakat tangguh api.”
“Hal ini akan menjadi sebuah patokan penting selanjutnya. Saya percaya bahwa dengan meneruskan pelaksanaan dari program-program dan pesan-pesan kami, kita dapat mewujudkan komitmen masyarakat yang bebas api di Provinsi Riau.”
Diinisiasi oleh APRIL, FFVP merupakan kolaborasi yang dilaksanakan bersama dengan LSM lokal dan juga didukung oleh pemerintah setempat, kepolisian, militer, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Riau.
Pada tahun 2016, APRIL memimpin sebuah pendirian Aliansi Bebas Api (Fire Free Alliance/FFA) yang menyertakan sejumlah perusahaan perkebunan terbesar yang beroperasi di Riau, termasuk APRIL, Asian Agri, Wilmar, Musim Mas, dan Sime Darby. APRIL telah berbagi panduan FFVP dan toolkit dengan mitra-mitra FFA untuk membantu pengembangan program mereka dengan masyarakat di sekitarnya.