Pengelolaan Lahan Gambut – Kunci Keberlangungan Masa Depan
Oleh: Anthony Greer, Kepala Keberlangsungan Lahan Gambut
Diskusi yang berkaitan dengan pengelolaan hutan pada pertemuan PBB baru-baru ini tentang iklim (COP21) dan di forum lain selama beberapa tahun terakhir terkait keberlanjutan lahan gambut dimana terdapat hutan tanaman.
Ilmu pengetahuan tentang ini terus berkembang dan memiliki banyak sudut pandang yang berbeda – dari para ilmuwan, LSM, pemerintah, masyarakat setempat dan perusahaan-perusahaan hutan tanaman seperti Grup APRIL – dan telah membantu memperkaya tidak hanya debat ilmiah tetapi juga wacana kebijakan.
APRIL berkomitmen untuk memiliki suara dalam diskusi itu dan untuk berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan praktik terbaik tentang pengelolaan lahan gambut yang bertanggung jawab. Sebagaimana dengan kebanyakan keprihatinan terkait keberlanjutan, solusi terbaik dikembangkan melalui kerjasama dengan semua pelaku, dengam membertimbangkan keseimbangan lingkungan, ekonomi dan sosial di bentang alam.
APRIL dan mitra pemasok jangka panjangnya mengelola 480.000 hektar hutan tanaman, dimana sekitar setengahnya adalah di lahan gambut. Penggunaan lahan hutan tanaman diimbangi dengan 250.000 hektar hutan konservasi dalam konsesi dan 150.000 hektar dari konsensi yang sebelumnya terdegradasi pada lahan gambut yang telah dikonversi dari ijin produksi menjadi ijin eco-restorasi.
Bahkan bila dilihat dari segi global, total kawasan konservasi dan restorasi seluas 400.000 hektar adalah inisiatif konservasi yang signifikan. Ini merupakan 83% dari tujuan 1-untuk-1 APRIL di mana perusahaan mengkonservasi satu hektar untuk setiap hektar hutan tanaman.
Berdasarkan Kebijakan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan 2.0, APRIL telah menanamkan komitmen dan tindakan ke arah peningkatan penelitian dan pengembangan dan perbaikan terus-menerus dari semua praktek operasional. Ini meliputi konservasi dan restorasi, pengelolaan lahan gambut, peningkatan produktivitas perkebunan, pencegahan kebakaran, dan pengembangan masyarakat.
APRIL bekerja untuk menilai dan memitigasi emisi gas rumah kaca (GHG) lahan gambut, termasuk menerapkan langkah-langkah berbasis ilmu pengetahuan untuk memaksimalkan umur lahan gambut.
Pendekatan keseluruhan tersebut terdiri dari lima langkah:
- Perencanaan dan zonasi lanskap, termasuk Penilaian Hutan Bernilai Konservasi Tinggi;
- Menentukan titik batas, pemantauan dan pengelolaan zona air;
- Praktek pengelolaan terbaik Operasional;
- Pemantauan dan pelaporan keberlanjutan lahan gambut, termasuk penurunan dan emisi gas rumah kaca;
- Perlindungan, pengelolaan dan pemantauan kawasan konservasi dan restorasi.
APRIL terbuka untuk mempertimbangkan praktik terbaik yang terbukti untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan umur tanah, sambil mempertahankan nilai-nilai ekonomi dan sosial secara keseluruhan dari bentang alam tersebut tidak hanya untuk perusahaan tetapi untuk masyarakat luas dan untuk Indonesia secara keseluruhan.
Salah satu dari banyak skenario di debat ilmiah lahan gambut yang sedang berlangsung adalah kemungkinan untuk meniadakan semua perkebunan dari lahan gambut. Berdasarkan pengalaman dua dekade, kami percaya bahwa penghentian menyeluruh untuk produksi pertanian, kehutanan dan petani kebun di lahan gambut di Indonesia akan menghasilkan permasalahan baru. Diskusi perlu mempertimbangkan dan membedakan antara yang pembangunan yang tidak direncanakan, tidak terorganisir yang sering melibatkan kebakaran sebagai alat pertanian untuk deforestasi hutan dengan hutan tanaman terencana yang mempertimbangkan bentang alam dan pengelolaan secara terpadu dan aktif di mana hutan Nilai Konservasi Tinggi (HCV) disisihkan dan dilindungi.
Sekitar 50% dari Semenanjung Kampar masih di bawah tutupan hutan alam dengan beberapa bentuk status kawasan lindung.
Ke depan, harus dipertimbangkan secara rasional dan holistik terhadap apa yang dapat diimplementasikan secara praktis, sambil menyeimbangkan tujuan lingkungan, komersial dan pembangunan. Pengelolaan lahan gambut yang efektif dan berbasis ilmu pengetahuan juga membutuhkan pendanaan yang signifikan dan berjangka panjang. Banyak pihak, termasuk para ahli lahan gambut dan Grup APRIL, mendukung pendekatan yang seimbang secara bentang alam untuk perlindungan dan konservasi lahan gambut jangka panjang.
APRIL tidak dapat mencapai hal ini sendiri dan sementara APRIL memiliki tenaga spesialis internal, kolaborasi dan masukan dari pakar nasional dan internasional selalu dicari. Grup Kerja Ahli Lahan Gambut Independen (IPEWG) yang terdiri dari para ahli dari berbagai bidang, akan mulai berdiskusi untuk memajukan praktik terbaik dalam pengelolaan lahan gambut.
Kemajuan sedang dibuat dalam menemukan cara terbaik untuk mengelola lanskap hutan tanaman yang ada untuk peningkatan produksi sementara juga meminimalkan emisi gas rumah kaca. Kami sudah menerapkan banyak solusi penting.
Penentuan batas, Pengelolaan dan Pemantauan Zona Air
Fokus pengelolaan air APRIL adalah tentang pengaturan ketinggian air, baik pada musim hujan dan kering, dan tidak bertujuan untuk pengeringan. Kerangka kerja kami sebagian besar berdasarkan pada saran dan hasil dari Program Dukungan Pengelolaan Berbasis Ilmu Manajemen (SBMSP: 2006-2010) yang disampaikan oleh konsorsium spesialis internasional yang dipimpin oleh Deltares. APRIL terus memperluas dan menyempurnakan pelaksanaan rekomendasi proyek, termasuk pemantauan, penyesuaian dan sistem pelaporan.
Target pengelolaan hutan tanaman adalah untuk mempertahankan tingkat air musim hujan pada 0,4 m di bawah permukaan tanah. Dalam rangka untuk mencapai hal ini, kami telah membangun lebih dari 1.400 zona air yang dikendalikan dan dikelola oleh 1.560 bendungan dan 2.215 overflow weir structures.
Pemantauan dan Pelaporan Kinerja Lahan Gambut – Berkurangnya, Emisi GHG dan Keanekaragaman Hayati
APRIL memantau sekitar 340 titik pemantauan penurunan gambut yang tersebar di area hutan tanaman dan konservasi.
Pencegahan dan Pengelolaan Kebakaran
Kebakaran yang tidak terkendali, hampir selalu akibat dari ulah manusia, merupakan ancaman bagi masyarakat yang tinggal di atau dekat hutan, dan pengelolaan hutan berkelanjutan oleh APRIL.
APRIL dalam kemitraan dengan masyarakat, otoritas pemerintah dan pihak manajemen kebakaran lainnya bekerja untuk mencegah, mendeteksi dan memadamkan semua kebakaran yang ada di atau berbatasan langsung dengan kawasan konsesinya (3 km dari batas konsesi). Proses pengelolaan kebakaran kami meliputi pencegahan, persiapan, pemadaman dan pemulihan.
Program Desa Bebas Api (FFVP) dari APRIL telah dikembangkan pada akhir 2014-an dan Program Percontohan telah disampaikan pada tahun 2015 dengan sembilan desa. Program ini berfokus pada keterlibatan dengan masyarakat setempat untuk memahami akar penyebab kebakaran di lanskap dan untuk mengembangkan berbagai solusi untuk mengatasi ini. Selama masa El Nino terburuk dalam tahun 2015, FFVP telah mencapai hasil dalam mencegah dan meminimalkan kebakaran di sebagian besar kawasan percontohan. FFVP juga menawarkan potensi untuk transformasi perilaku di antara kalangan masyarakat jika berkelanjutan dan ditingkatkan.
APRIL juga memiliki tim pemadam kebakaran kelas dunia dengan lebih dari USD7 juta yang diinvestasikan dalam peralatan, staf dan pelatihan. Selama krisis kebakaran dan kabut asap baru-baru ini, tercata pengurangan kebakaran di dan dekat konsesi kami dibandingkan dengan provinsi lain di Sumatera.
Pengelolaan, perlindungan dan konservasi lahan gambut penting bagi masyarakat internasional dan APRIL. Kita tidak tinggal diam akan issue ini yang harus dimengerti secara ilmiah dan ditangani dengan keseimbangan kepentingan sosial, lingkungan dan ekonomi. APRIL berpartisipasi dalam pembahasan namun tidak akan meninggalkan pentingnya pekerjaan yang berlangsung untuk mengelola gambut secara bertanggung jawab.