Hari Ke-2: Upaya Memadamkan Api Diluar Batas Konsesi
Robert Webb, Ahli Specialis Pemadaman dan Mitigasi Kebakaran dari Badan Perlindungan Aset Alam (NAPA), mengunjungi tim Pemadaman Kebakaran APRIL di Riau untuk mengamati dan menilai kegiatan pemadaman kebakaran di wilayah tersebut. Berikut adalah pengalamannya bersama tim.
(3 Oktober) Saya menuju Taman Nasional Tesso Nilo untuk menilai dampak dari kebakaran di taman tersebut. Saya telah membaca banyak tentang serbuan api ke bentang alam yang tidak terkelola ini. Dalam pengetahuan saya, hutan tersebut dibakar terutama untuk lahan pertanian. Hari itu kabut asap sangat tebal dengan data pada PM10 melebihi 1,000 di Tesso Nilo.
Setelah perjalanan singkat kami menemukan 250 hektar lahan hutan alam yang terbakar, dikawasan yang jelas tidak dikelola. Saya didampingi oleh Bapak Hendri, pemimpin kru pemadam kebakaran setempat dari hutan tanaman produksi APRIL. Ia menjelaskan kepada saya bahwa sumber daya pemadam kebakaran APRIL merupakan satu-satunya responden untuk memadamkan kebakaran ini meskipun lokasi lumayan jauh dari HTI APRIL.
Pembukaan lahan dengan cara membakar secara ilegal di hutan Tesso Nilo merupakan kejadian umum dan secara perlahan tetapi pasti menggerogoti sumber daya alam yang berharga ini. Sangat sedih melihat hutan ini terbakar.
Setelah kunjungan ke lokasi yang terbakar di Tesso Nilo, saya kemudian memasuki lokasi HTI APRIL. Segera jelas bagi saya adalah jalan akses yang terpelihara di seluruh hutan tanaman. Hutan tanaman dibagi dalam segmen-segmen dipisahkan oleh jalan.
Dari perspektif pemadam kebakaran, akses pada daerah kebakaran di dalam konsesi akan menjadi sederhana. Hal ini juga berarti bahwa jika kebakaran terjadi, hanya sejumlah kecil kerugian yang akan terjadi. Jenis akses jalan semacam ini setara dengan perkebunan komersial di Australia atau Amerika Serikat, dan tentu saja melampaui standar perkebunan tanah mineral lainnya di Sumatera yang pernah saya lihat.
Sementara melakukan pemeriksaan pada perkebunan, saya belajar tentang patroli harian dari tim kebakaran APRIL di seluruh perkebunan. Bapak Hendry menjelaskan bahwa tim kebakaran APRIL secara berkendara ke hutan tanaman dua kali sehari, berhenti terutama pada titik-titik yang tinggi untuk memantau secara landscape. Hal ini memastikan bahwa setiap titik api, baik di luar maupun di dalam konsesi, akan mudah terdeteksi.
Akhirnya, saya mengunjungi desa setempat untuk berbicara dengan koordinator pemadam kebakaran yang ditunjuk desa. Dukungan dan peralatan untuk memberdayakan warga desa untuk memahami risiko dan kemudian menanggapi kebakaran semuanya disediakan oleh APRIL. Meskipun itu merupakan langkah kecil untuk mendorong penerimaan sosial bahwa kebakaran di lanskap ini sangat merusak, hal ini merupakan inisiatif yang besar.
Dalam kondisi kabut asap tebal, tidak terdapat kebakaran dalam konsesi APRIL. Ini sangat mengesankan mengingat kehancuran yang saya telah lihat di konsesi perusahaan lain di awal tahun.